Bumi, Gisu, dan Gusi
Bumi adalah anak kecil yang sedang duduk di bangku kelas 1 SD. Bumi senang sekali makan makanan yang manis, seperti cokelat, permen, dan gulali. Bumi juga lebih suka jajan di luar daripada makan masakan di rumah.
Pada suatu malam, Bumi menangis karena kesakitan hingga membangunkan ibunya. Ibunya pun mendekat kepada Bumi dan menanyakan keadaan Bumi. Ternyata Bumi menderita sakit gigi. Ia mengerang kesakitan sambil memegangi pipinya. Ibunya pun berusaha menenangkannya dan bertanya,
"Kamu sudah menyikat gigi sebelum tidur belum?"
Bumi hanya menggelengkan kepala sambil merintih.
Ibu pun tersenyum lalu mengambilkan Bumi segelas air hangat. Ibu menyuruh Bumi berkumur dengan air hangat tersebut.
"Ibu punya cerita untukmu tentang dua sahabat bernama Gisu dan Gusi. Gisu adalah sebuah gigi susu, seperti milikmu dan gusi adalah tempatnya tumbuh." kata Ibu.
Mendengarkan cerita ibunya, Bumi mulai memperhatikan dan terlupa akan rasa sakitnya sejenak.
"Gisu dan Gusi tidak suka hal yang manis-manis karena mengundang penyakit. Penyakit membuat hubungan keduanya renggang, Gisu menjadi kotor dan Gusi menjadi bengkak. Oleh karena itu, sama sepertimu, Gisu dan Gusi juga suka dimandikan sampai bersih menggunakan pasta gigi dan sikat gigi. Seperti kamu yang mandi menggunakan dengan sabun setiap pagi dan sore, biar tidak ada penyakit yang mendekat." lanjut ibu.
"Memangnya gigi dan gusi bisa ngomong, Bu?" tanya Bumi.
"Sewaktu kamu tidur, mereka mengobrol dengan bahasa gigi. Nanti kalau kamu sudah seperti ibu akan mengerti. Gisu lama-lama akan terluka jika ada makanan yang tersisa. Sisa makanan itu mengundang bibit penyakit sehingga dapat membuat Gisu sakit. Kalau Gisu sakit, Gusi akan bengkak."
"Jadi, terus bagaimana?" tanya Bumi lagi.
"Jadi, kamu harus rajin sikat gigi, sewaktu mandi, setelah makan, dan sebelum tidur. Semua itu agar Gisu dan Gusi tetap sehat dan kuat. Dan jangan terlalu sering makan-makanan yang manis. Mengerti?" kata Ibu.
"He'em," Bumi mengangguk.
Kemudian Bumi menyikat giginya dan Ibu juga memberikannya obat pereda sakit. Ibu juga mengajak Bumi ke dokter besok dan Bumi pun mengangguk.
******
Beberapa hari berikutnya, sepulang sekolah Bumi menemui ibunya di dapur. Sambil menunjukkan giginya, ia bertanya,
"Ibu gigiku goyang dan rasanya mau lepas. Apa Gisu dan Gusi sedang sakit lagi? Padahal aku sekarang sudah rajin sikat gigi lho. Kenapa?"
Ibu hanya tersenyum dan mendekat ke Bumi. Sambil melihat-lihat isi mulut Bumi.
"Hmm, ini saat Gisu mau pergi berarti."
"Haaaah!? Nanti kalau Gisu pergi aku jadi ompong seperti kakek, dong!" teriak Bumi.
"Aduh, Bumiii Bumi. Habis ini kita ke tempat Dokter Budi, biar nanti Dokter Budi yang cerita. Dokter Budi sudah sering bicara dengan Gisu dan Gusi." cerita Ibu.
"Oh, iya ada orang yang sering cerita dengan Gisu dan Gusi? Ayo ayo, Bu." girang Bumi.
Mereka berdua pergi ke tempat Dokter Budi. Dokter Budi adalah seorang dokter gigi di dekat rumah Bumi. Bumi belum pernah pergi ke dokter gigi. Meski pernah mendengar cerita tentang menyeramkannya dokter gigi, rasa ingin tahu tentang orang yang bisa bercerita dengan Gisu dan Gusi.
"Halo, eh, ini dik Bumi ya?" sapa Dokter Budi.
"Iya, bapak yang bernama Dokter Budi ya? Aku mau dengar cerita tentang Gisu dan Gusi. Kata ibu, dokter bisa bercerita dengan Gisu dan Gusi." balas Bumi tak sabar.
"Aaah, iya. Bapak bisa bicara dengan Gisu dan Gusi. Coba dik Bumi duduk dulu di kursi ini biar Bapak bisa lihat." kata Dokter Budi sambil mendudukkan Bumi di kursi hitam panjang dengan lampu di atasnya yang bisa digerak-gerakkan.
"Coba, bilang 'Aaaa'. Biar Bapak bisa berbicara dengan Gisu dan Gusi yang ada di mulut Bumi." lanjut Dokter Budi.
Karena penasaran, Bumi pun menuruti permintaan Dokter Budi. Dokter Budi kemudian memasukkan alat-alat kedokterannya sambil mengetuk-etuk Gisu. Kemudian, Dokter Budi mengangguk-angguk seakan sedang berbicara dengan Gisu sambil mengeluarkan alat kedokterannya.
"Jadi, Gisu bilang apa, Dok?" tanya Bumi penasaran.
"Hmm, tadi Gisu bilang kalau dia sudah tidak kuat lagi. Dik Bumi kan sudah besar, makannya juga lebih banyak dan bergizi daripada dulu. Jadi, Gisu mau pergi dari mulut Bumi." jawab Dokter Budi.
"Terus, nanti Bumi jadi ompong kayak kakek?" tanya Bumi lagi.
"Haha, kalau Gisu pergi nanti ada adiknya Gisu yang lebih besar yang tumbuh, namanya Gigi. Nanti mungkin butuh waktu, tapi kalau Dik Bumi makan makanan yang bergizi dan teratur, Gigi pasti akan lebih cepat tumbuhnya. Dan yang jangan sampai lupa ... apa?"
"Menyikat gigi!!" jawab Bumi riang.
Kemudian Dokter Budi menempelkan kapas yang menimbulkan rasa dingin di Gusi dan dengan cekatan alat-alat kedokterannya masuk ke mulut. Tak lama kemudian Gisu dari Bumi tercabut. Bekas daerah yang dipakai Gisu ditutup dengan kapas dan Bumi disuruh menggigitnya. Hampir tak terasa bahwa Bumi sudah dicabut giginya. Semua karena rasa ingin tahu Bumi dan cerita dari Dokter Budi.
Ibu sudah menunggu di samping dan kemudian mengajak Bumi pulang. Sebelumnya Ibu dan Bumi berterima kasih dan mereka membawa beberapa obat untuk tumbuhnya Gigi, adik dari Gisu. Beberapa minggu kemudian, Gigi sudah muncul. Besarnya lebih dari Gisu yang masih tersisa di mulut Bumi. Sekarang Bumi menjadi semakin sehat karena rajin makan makanan yang bergizi dan tidak lupa untuk selalu teratur dalam menyikat gigi.
Comments
Greetings from Russia!